Kenaikan harga Pertamax di tengah skandal mega korupsi Pertamina membuat saya, sebagai pengguna aktif BBM, merasa geram sekaligus resah. Ketika saya mengisi bensin pada awal bulan ini, harga Pertamax yang melonjak drastis membuat kantong terasa makin terkuras. Rasanya tidak adil, karena di saat publik menuntut transparansi dalam kasus korupsi besar. Justru masyarakatlah yang akhirnya harus menanggung beban dari para oknum ini.
Kenaikan Harga Pertamax Mencekik di Tengah Skandal Pertamina
Saya masih ingat betul, sebelum kasus skandal korupsi Pertamina ini mencuat, harga Pertamax sudah cukup tinggi, tetapi masih dalam batas wajar. Namun, kini dengan dalih fluktuasi harga minyak dunia, harga Pertamax kembali melonjak. Padahal, di balik layar, banyak dugaan proyek fiktif dan penyelewengan dana yang melibatkan elit perusahaan migas pelat merah ini. Informasi ini semakin kuat dengan adanya laporan Detik Finance terkait harga BBM terbaru.
Transparansi yang para oknum telah janjikan terasa bagai angin lalu. Sebagai pengguna, saya merasa kecewa karena negara seperti kehilangan rasa empatinya kepada rakyat kecil. Setiap liter bahan bakar yang saya beli kini terasa seperti “pajak sunyi” untuk menutup borok mega korupsi yang terungkap.
Pengalaman Langsung di SPBU: Rasa Kesal Memuncak
Saat saya mengantre di SPBU kawasan Jakarta Selatan, keluhan serupa terdengar dari banyak pengguna lainnya. Banyak yang mengeluhkan lonjakan harga Pertamax, sementara berita tentang korupsi besar-besaran di Pertamina terus bergulir. Sungguh ironis. Apalagi, menurut laporan proyek fiktif terungkap saat judi online marak, banyak program pengembangan Pertamina yang ternyata hanya akal-akalan untuk menguras keuangan negara.
Obrolan di antrean SPBU makin panas. Ada yang mengungkapkan kekhawatiran harga BBM subsidi seperti Pertalite bakal menyusul naik, hanya karena pemerintah harus menambal defisit keuangan akibat bobroknya manajemen BUMN energi ini. Informasi tambahan terkait kenaikan harga Pertamax juga dirilis oleh Kompas Ekonomi.
Isu Kenaikan Harga Pertamax Dengan Pengalihan Fokus Lewat Berita Judi Online
Di tengah panasnya skandal, mencuat pula dugaan berita judi online sebagai pengalihan isu besar. Sebagai orang yang mengikuti berita harian, saya merasakan betul bagaimana perhatian media perlahan dialihkan dari isu korupsi raksasa ke fenomena judi online. Cara ini cukup efektif mengaburkan fokus publik dari persoalan kenaikan harga Pertamax yang semestinya menjadi bahan evaluasi besar-besaran terhadap Pertamina.
Namun, bagi sebagian besar dari kami yang terdampak langsung, isu pengalihan ini hanya membuat kekecewaan makin membara. Tidak bisa ditutupi, kenaikan harga BBM adalah bentuk nyata dari kegagalan pengelolaan keuangan perusahaan yang mestinya jadi tulang punggung energi nasional.
Solusi? Publik Menuntut Transparansi dan Reformasi
Kami, sebagai pengguna, berharap ada langkah nyata untuk memulihkan kepercayaan masyarakat. Bukan sekadar reshuffle direksi atau audit internal yang hasilnya tidak pernah terpublikasikan secara transparan. Perlu reformasi total di tubuh Pertamina, dari sistem pengadaan proyek hingga distribusi keuangan.
Publik juga butuh jaminan bahwa setiap kenaikan harga BBM seperti Pertamax benar-benar berdasar kebutuhan riil, bukan sekadar untuk menambal kerugian akibat korupsi berjamaah. Ke depan, transparansi harga harus lebih terbuka, termasuk menunjukkan rincian faktor-faktor penentu kenaikan tersebut.
Penutup: Jangan Jadikan Rakyat Korban Kegagalan BUMN
Pengalaman pribadi ini mengajarkan bahwa sebagai konsumen, kita tidak hanya berhak menerima layanan, tetapi juga wajib kritis terhadap kebijakan yang memberatkan. Kenaikan harga Pertamax di tengah skandal mega korupsi Pertamina adalah sinyal keras bahwa rakyat butuh pemimpin yang berpihak, bukan sekadar pandai beretorika.
Sebagai masyarakat, kita juga harus terus mengawasi dan tidak lengah meskipun banyak isu baru yang para oknum publikasikan untuk mengaburkan perhatian. Karena harga BBM adalah urusan hidup banyak orang, bukan sekadar angka di laporan keuangan.
Sumber: Detik Finance, Kompas Ekonomi, Liputan6 Bisnis